Kuliner Tradisional : Kue Dongkal


Kue dongkal. Nama penganan itu sudah lama saya dengar tetapi belum pernah menyicipinya. Sampai akhirnya pada suatu sore, kira-kira sepekan yang lalu, saya melewati sebuah minimarket di bilangan H. Adam Malik, Cipadu, Kota Tangerang, seorang pedagang sedang melayani beberapa pembeli. Saya pun penasaran, lalu saya hampiri pedagang kue tersebut.

Sebelum saya putuskan untuk membeli, saya perhatikan dulu kuenya, cara memasak dan mengemas hingga sampai ke tangan pembeli. Hmm... sepertinya cukup unik dan enak. Kue yang merupakan perpaduan tepung beras, gula merah dan parutan kelapa yang dimasak dengan cara dikukus ini, akhirnya menggerakkan mulut saya untuk berucap, "Mas, beli satu porsi, ya." Saya buru-buru memesan karena para calon pembeli lainnya mulai berdatangan, saya takut didahului mereka sehingga jadi mengantre lebih lama lagi.

Si penjual kue ini pun sigap melayani pesanan saya. Ops... ternyata, stok kue yang sudah matang habis. "Tunggu dulu, ya, Pak. Paling sebentar lagi." tutur si penjual sambil menunjuk ke arah dandang di atas kompor gas. Saya perhatikan dandang tempat mengukus adonan bahan-bahan kue tersebut. Aromanya sudah mulai tercium melalui asap yang dikeluarkannya. Katanya, tidak sampai sepuluh menit lagi kuenya akan matang. Hmm.....sudah tidak sabar ingin segera menyicipinya.

Saya sempat mengobrol beberapa saat dengan penjualnya, katanya, ia berasal dari Bandung. Jadi saya simpulkan bahwa kue ini berasal dari Bandung. Kata dongkal bisa jadi berasal dari nama daerah di Bandung : Situ Dongkal, Dongkal....., dsb. Ah... tapi saya tak mau ambil pusing memikirkan asal-usul kue tersebut. Yang jelas, kue ini sepertinya sangat lezat.

"Berapa Mas?" saya bertanya kepada si penjual kue tersebut setelah kue dikemas dalam kotak. "Sepuluh ribu, Pak." jawabnya. Setelah membayar sekotak kue berwarna putih yang ditaburi parutan kelapa itu, saya pun bergegas pulang memacu kendaraan saya dengan kencang.

Begitu tiba di rumah, saya pun langsung membuka kue tersebut bersama anak-anak dan istri saya. Hmm...ternyata rasanya mak...nyusss. Anak dan istri saya pun ikut menikmati. Mereka pun menyukainya. "Yah, besok beli lagi, ya." kata anak perempuan saya. Kue pun habis disantap tanpa sisa.

Anda juga ingin menyobanya? Mungkin penjual kuenya tidak ada, tetapi jangan khawatir, saya akan membagikan resepnya untuk Anda. Silakan baca baik-baik, ya. Selamat mencoba dan menikmati.

Bahan: 
- 1 liter tepung beras (sebaiknya tidak menggunakan tepung beras kemasan tapi beras yang digiling sendiri)
- 1/4 kg sagu
- 1/4 kg irisan gula merah
- Air dan garam secukupnya








Bahan-bahan kue dongkal









Bahan-bahan kue dongkal

 

 



Cara Membuat:  
- Kukus tepung beras menggunakan kain bersih hingga menggumpal.
- Setelah dingin campurkan dengan sagu, aduk hingga rata.
- Percikkan air garam ke adonan hingga adonan tidak menggumpal (buyar).
- Masukkan adonan kedalam klakat (loyang yang terbuat dari bambu)/kukusan selang-seling dengan gula merah (lihat gambar).
- Kukus hingga matang.
- Sajikan dengan kelapa parut kukus yang dicampur sedikit garam.
- Untuk +  20 porsi

Nb: gula merah boleh ditambahkan sesuai selera













Kue dongkal yang baru matang, berbentuk limas karena cetakannya berupa kukusan berbentuk limas.








Penjual kue sedang memotong-motong kue yang baru matang untuk dimasukkan ke dalam kotak kue.





Kue dongkal yang siap dimakan.