Serba-serbi Kampung Halaman


Bagi orang Lakbok, terutama yang lahir dan besar di Lakbok, mendengar percakapan dalam dua bahasa adalah hal yang biasa. Pada satu waktu, bisa jadi kita mendengar orang-orang berkomunikasi dalam bahasa Sunda saja, di waktu yang lain dalam bahasa Jawa saja, atau kadang-kadang yang satu berbicara dengan bahasa Sunda lalu ditimpali dengan bahasa Jawa.

Itulah uniknya Lakbok, sebuah nama untuk daerah setingkat Kecamatan di Kabupaten Ciamis. Dua etnis, Sunda dan Jawa hidup berdampingan di wilayah paling Timur Provinsi Jawa Barat. Kedua etnis ini telah mendiami wilayah yang dulunya sebagian besar berupa rawa sejak puluhan tahun silam.

Bahasa Sunda yang digunakan sebagai alat komuniksi sehari-hari penduduk Lakbok agak sedikit berbeda dengan bahasa Sunda yang ada di Jawa Barat bagian tengah, baik dari sisi dialek maupun kosa katanya. Dari sisi dialek misalnya, disebabkan oleh interaksi dengan bahasa Jawa yang terjadi secara terus menerus dan telah berlangsung dalam kurun waktu yang sangat lama maka dengan sendirinya terbentuk dialek tersendiri yang jauh berbeda dengan induknya di bagian tengah. Di telinga orang Sunda tengah, bisa jadi dialek ini terdengar aneh dan kurang bagus. 


 Akibat dari interaksi dengan bahasa Jawa yang telah begitu lama yang pada akhirnya membentuk dialek dan kosa kata sendiri itu, orang Lakbok, terutama pada usia sekolah mengalami kesulitan menyerap pelajaran bahasa Sunda. Materi bahasa Sunda yang terdapat dalam kurikulum sekolah mengacu kepada bahasa Sunda tengah, yang biasanya asing bagi orang Lakbok. Sebagai contoh, kata landeuh, tonggoh dan ilahar. Bagi orang Lakbok, kata-kata itu adalah kosa kata yang sama sekali belum pernah hadir dalam percakapan sehari-hari mereka. Akibatnya, saat ulangan atau evaluasi belajar, para siswa di sekolah-sekolah yang ada di Lakbok kesulitan menjawab soal-soal yang diberikan sehingga hasilnya, bisa jadi, kurang memuaskan.

Namun demikian, biar pun perbedaan bahasa itu selalu hadir dalam kehidupan sehari-hari penduduknya, hal ini tidak menimbulkan pergesekan atau perselisihan yang berujung pada keributan, sebagaimana sering kita dengar terjadi di daerah lain. Hal inilah yang yang patut kita banggakan. Mereka lebih mengutamakan hidup rukun, gotong-royong dan sikap toleransi.


***Foto diambil pada Juli 2016 oleh : Tasiman