Cirebon adalah nama yang sudah tak asing lagi bagi kita. Jika merujuk pada tempat, Cirebon hanyalah dua wilayah administratif setingkat kabupaten dan kota diujung timur pantai utara (pantura) Jawa Barat. Namun jika merujuk pada budaya, tentu saja lebih dari sekadar nama kabupaten dan kota tetapi memiliki jangkauan yang lebih luas. Hampir sebagian wilayah pantura Jawa Barat dan sebagian Jawa Tengah memiliki kesamaan budaya dengan daerah yang di dalamnya berdiri beberapa keraton, seperti Kasepuhan, Kanoman dan Kaprabonan.
Kesamaan budaya tersebut diantaranya bahasa, adat istiadat, kesenian, dan kuliner. Daerah yang memiliki kesamaan budaya tersebut adalah Indramayu, Subang, Majalengka, Kuningan dan Brebes. Kesamaan tersebut akibat di masa lalu daerah-daerah tersebut pernah diperintah langsung Kesultanan Cirebon yang dibangun oleh Susuhunan Djati.
Diantara daerah-daerah yang disebutkan di atas, yang memiliki kemiripan yang paling dekat adalah Indramayu. Sebagai contoh adalah bahasa Cirebonan, kedua-duanya menggunakan bahasa tersebut. Hanya berbeda dialek saja. Jika di Cirebon disebut dialek Cerbon, sedangkan di Indramayu disebut dialek Dermayon. Selain itu, kedua daerah tersebut, Cirebon dan Indramayu, juga sama-sama memiliki kesenian yang sama: tari topeng, tarling dan sintren.
Berbeda dengan kedua daerah tersebut, daerah-daerah lainnya seperti Subang, Majalengka dan Kuningan pengaruh budaya Sunda juga masih kuat. Sedangkan Brebes, jelas dominan budaya Jawa karena terletak di provinsi yang berbeda, yaitu Jawa Tengah.
Indramayu sebagai "saudara kembar"-nya Cirebon, tadi disebutkan, memiliki banyak kesamaan. Salah satunya adalah kuliner atau masakan olahan. Diantara sekian banyak kuliner, salah satunya adalah "empal gentong". Ya, empal gentong. Makanan ini mirip dengan gulai (gule) yang alat memasaknya berupa gentong (periuk tanah liat). Daging yang digunakan adalah jeroan, babat dan daging sapi.
Selain menggunakan gentong, makanan ini dibubuhi kucai dan sambal berupa cabai kering giling. Empal gentong dapat disajikan dengan nasi atau juga lontong.
Jika kebetulan singgah di daerah Haurgeulis, kota kecil di Indramayu bagian barat dan gerbang masuk menuju pesantren terbesar di Asia Tenggara, Ma'had Al-Zaytun, kita akan mendapati rumah makan yang khusus menyajikan empal gentong. Namanya RM. Hj. Rodiyah. RM tersebut persis berada di kompleks pertokoan Haurgeulis. Berjarak seratus meter ke arah Timur dari Stasiun (Besar) Kereta Api Haurgeulis.
Selain rasanya yang enak, tempatnya juga bersih, sejuk dan nyaman. Untuk ukuran kota kecil seperti Haurgeulis, RM tersebut merupakan RM yang paling representatif.
Ingin mengetahui lebih jauh tentang empal gentong? Yuk, lihat foto-foto saya.
***Foto diambil pada Kamis, 10 Mei 2018 pukul 16.00
Kesamaan budaya tersebut diantaranya bahasa, adat istiadat, kesenian, dan kuliner. Daerah yang memiliki kesamaan budaya tersebut adalah Indramayu, Subang, Majalengka, Kuningan dan Brebes. Kesamaan tersebut akibat di masa lalu daerah-daerah tersebut pernah diperintah langsung Kesultanan Cirebon yang dibangun oleh Susuhunan Djati.
Diantara daerah-daerah yang disebutkan di atas, yang memiliki kemiripan yang paling dekat adalah Indramayu. Sebagai contoh adalah bahasa Cirebonan, kedua-duanya menggunakan bahasa tersebut. Hanya berbeda dialek saja. Jika di Cirebon disebut dialek Cerbon, sedangkan di Indramayu disebut dialek Dermayon. Selain itu, kedua daerah tersebut, Cirebon dan Indramayu, juga sama-sama memiliki kesenian yang sama: tari topeng, tarling dan sintren.
Berbeda dengan kedua daerah tersebut, daerah-daerah lainnya seperti Subang, Majalengka dan Kuningan pengaruh budaya Sunda juga masih kuat. Sedangkan Brebes, jelas dominan budaya Jawa karena terletak di provinsi yang berbeda, yaitu Jawa Tengah.
Indramayu sebagai "saudara kembar"-nya Cirebon, tadi disebutkan, memiliki banyak kesamaan. Salah satunya adalah kuliner atau masakan olahan. Diantara sekian banyak kuliner, salah satunya adalah "empal gentong". Ya, empal gentong. Makanan ini mirip dengan gulai (gule) yang alat memasaknya berupa gentong (periuk tanah liat). Daging yang digunakan adalah jeroan, babat dan daging sapi.
Selain menggunakan gentong, makanan ini dibubuhi kucai dan sambal berupa cabai kering giling. Empal gentong dapat disajikan dengan nasi atau juga lontong.
Jika kebetulan singgah di daerah Haurgeulis, kota kecil di Indramayu bagian barat dan gerbang masuk menuju pesantren terbesar di Asia Tenggara, Ma'had Al-Zaytun, kita akan mendapati rumah makan yang khusus menyajikan empal gentong. Namanya RM. Hj. Rodiyah. RM tersebut persis berada di kompleks pertokoan Haurgeulis. Berjarak seratus meter ke arah Timur dari Stasiun (Besar) Kereta Api Haurgeulis.
Selain rasanya yang enak, tempatnya juga bersih, sejuk dan nyaman. Untuk ukuran kota kecil seperti Haurgeulis, RM tersebut merupakan RM yang paling representatif.
Ingin mengetahui lebih jauh tentang empal gentong? Yuk, lihat foto-foto saya.
***Foto diambil pada Kamis, 10 Mei 2018 pukul 16.00